menujuindonesiaemas.net – Pada Jumat, 28 Maret 2025, pukul 12:50 waktu setempat, gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang wilayah Sagaing, Myanmar. Episentrum gempa terletak dekat Mandalay, kota terbesar kedua di negara tersebut. Guncangan kuat dirasakan hingga ke negara tetangga, termasuk Thailand, menyebabkan kerusakan signifikan dan korban jiwa.
Dampak dan Korban
Hingga 1 April 2025, jumlah korban tewas di Myanmar mencapai lebih dari 2.700 orang, dengan lebih dari 4.500 orang terluka dan sekitar 441 orang masih hilang. Di Thailand, dilaporkan 17 korban tewas akibat runtuhnya bangunan di Bangkok. Gempa ini juga menyebabkan lebih dari 10.000 bangunan hancur atau rusak parah, termasuk sebuah gedung 30 lantai yang runtuh di Bangkok.
Upaya Penyelamatan
Tim penyelamat menghadapi tantangan besar akibat infrastruktur yang rusak dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Meskipun demikian, beberapa keberhasilan dicapai, seperti penyelamatan seorang wanita berusia 63 tahun yang terjebak di bawah reruntuhan selama 91 jam di Naypyidaw. Namun, harapan untuk menemukan lebih banyak korban selamat semakin menipis seiring berjalannya waktu.
Tantangan dan Bantuan Kemanusiaan
Situasi di Myanmar semakin diperparah oleh konflik internal yang sedang berlangsung, yang menghambat distribusi bantuan dan operasi penyelamatan. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan layanan medis. Organisasi internasional, termasuk PBB, telah menyerukan peningkatan bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan mendesak para korban.
Respon Internasional
Amerika Serikat telah menjanjikan bantuan sebesar $2 juta untuk mendukung upaya pemulihan di Myanmar. Namun, laporan menunjukkan bahwa China telah lebih dahulu memberikan bantuan signifikan, mengisi kekosongan dalam respons awal terhadap bencana ini.
Gempa bumi ini menyoroti kerentanan Myanmar terhadap bencana alam dan pentingnya kesiapsiagaan serta respons cepat dalam menghadapi situasi darurat semacam ini.